Baju tradisional Korea Utara mirip dengan baju tradisional Korea Selatan, yaitu hanbok. Hanbok adalah pakaian tradisional Korea yang biasanya dikenakan pada acara-acara khusus seperti perayaan, festival, dan upacara.
Di Korea Utara, hanbok sering kali disebut sebagai “joseon-ot” (조선옷), yang berarti “pakaian Joseon,” merujuk pada nama dinasti Korea yang memerintah selama beberapa abad. Seperti di Korea Selatan, hanbok di Korea Utara terdiri dari beberapa komponen utama, yaitu:
- Jeogori (저고리): Atasan yang pendek dan berpotongan longgar dengan lengan panjang.
- Chima (치마): Rok panjang yang dikenakan oleh wanita.
- Baji (바지): Celana panjang yang dikenakan oleh pria.
- Durumagi (두루마기): Mantel panjang yang sering dikenakan di luar hanbok untuk memberikan perlindungan tambahan dari cuaca dingin.
Hanbok di Korea Utara memiliki desain yang sederhana dan warna-warna yang lebih tenang dibandingkan dengan versi Korea Selatan yang lebih modern dan berwarna-warni. Namun, keindahan dan keanggunan pakaian tradisional ini tetap dipertahankan.
Hanbok adalah pakaian tradisional Korea yang memiliki sejarah panjang dan kaya, mencerminkan budaya dan gaya hidup masyarakat Korea selama berabad-abad. Hanbok biasanya terdiri dari dua bagian utama: jeogori (jaket) dan chima (rok panjang) untuk wanita, serta jeogori dan baji (celana) untuk pria.
Asal Usul dan Pengaruh
Hanbok mulai dikenal sejak periode Tiga Kerajaan (Goguryeo, Baekje, dan Silla) sekitar abad ke-1 SM hingga abad ke-7 M. Desain awal hanbok dipengaruhi oleh gaya pakaian dari berbagai budaya, terutama Tiongkok. Pada masa Dinasti Goryeo (918–1392), hanbok mulai berkembang menjadi bentuk yang lebih khas dan berbeda dari pengaruh luar. Hanbok pada periode ini dikenal dengan rok dan jaket yang lebih panjang.
Perkembangan Selama Dinasti Joseon
Selama Dinasti Joseon (1392–1897), hanbok mengalami perubahan signifikan dalam bentuk dan desain. Pada awal dinasti, hanbok wanita memiliki rok yang panjang dan jaket yang relatif panjang. Namun, pada abad ke-17, jeogori wanita menjadi lebih pendek, dan chima menjadi lebih panjang dan lebih menggembung, memberikan siluet yang lebih dramatis. Warna dan bahan hanbok sering kali mencerminkan status sosial seseorang. Keluarga kerajaan dan bangsawan biasanya mengenakan hanbok dari sutra dengan warna-warna cerah, sementara rakyat biasa mengenakan hanbok dari bahan yang lebih sederhana seperti kapas dengan warna-warna yang lebih lembut.
Simbolisme dan Filosofi
Hanbok tidak hanya berfungsi sebagai pakaian sehari-hari, tetapi juga sebagai simbol status sosial, upacara, dan keindahan. Warna-warna hanbok memiliki makna simbolis yang mendalam. Misalnya, merah sering melambangkan keberanian dan kesuburan, sementara biru melambangkan harapan dan ketulusan. Selain itu, filosofi Korea seperti Konfusianisme juga memengaruhi desain hanbok, menekankan kesederhanaan, kesopanan, dan harmoni.
Hanbok di Zaman Modern
Dengan masuknya pakaian Barat ke Korea pada akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20, penggunaan hanbok dalam kehidupan sehari-hari mulai berkurang. Namun, hanbok tetap menjadi bagian penting dari identitas budaya Korea. Saat ini, hanbok sering dipakai pada acara-acara khusus seperti pernikahan, perayaan Chuseok (Hari Panen), dan Seollal (Tahun Baru Lunar).
Banyak desainer modern yang telah berupaya untuk memodernisasi hanbok, menciptakan versi yang lebih kontemporer namun tetap mempertahankan elemen tradisional. Hal ini membantu melestarikan warisan budaya hanbok sambil membuatnya relevan di era modern.